*Bidara atau widara (Ziziphus mauritiana)
adalah sejenis pohon kecil penghasil buah yang tumbuh di daerah kering.
Tanaman ini dikenal pula dengan pelbagai nama daerah seperti widara (Sunda, Jawa) atau dipendekkan menjadi dara (Jawa); bukol (Madura); bekul (Bali); ko (Sawu); kok (Rote); kom, kon (Timor); bedara (Alor); bidara (Makassar., Bugis.); rangga (Bima); serta kalangga (Sumba).
Sebutan di negara-negara lain di antaranya: bidara, jujub, epal siam (Malaysia); manzanitas (Filipina) zee-pen (Burma); putrea (Kamboja); than (Laos); phutsaa, ma tan (Thai); tao, tao nhuc (Vietnam).
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Jujube, Indian Jujube, Indian
plum, atau Chinese Apple; serta Jujubier dalam bahasa Prancis.
# Khasiat Dan Kegunaan.
(Buah yang Muda)
*Buah bidara kultivar unggul diperjual belikan sebagai buah segar,
untuk dimakan langsung atau dijadikan minuman segar. Di beberapa tempat,
buah ini juga dikeringkan, dijadikan manisan, atau disetup. Buah muda
dimakan dengan garam atau dirujak. Buah dari pohon yang meliar
kecil-kecil dan agak pahit rasanya. Buah bidara merupakan sumber
karoten, vitamin A dan C, dan lemak.
Daun-daunnya yang muda dapat dijadikan
sayuran. Daunnya yang tua untuk pakan ternak. Rebusan daunnya diminum
sebagai jamu. Daun-daun ini membusa seperti sabun apabila diremas
dengan air, dan digunakan untuk memandikan orang yang sakit demam. Di
Jakarta, daun-daun bidara digunakan untuk memandikan mayat.
(Daun Dan Bunga Bidara)
*Selain daun, buah, biji, kulit kayu,
dan akarnya juga berkhasiat obat, untuk membantu pencernaan dan
sebagai tapal obat luka. Di Jawa, kulit kayu ini digunakan untuk
mengatasi gangguan pencernaan; dan di Malaysia, kulit kayu yang
dihaluskan dipakai sebagai obat sakit perut. Kulit kayu bidara diyakini
memiliki khasiat sebagai tonikum, meski tidak terlalu kuat, dan
dianjurkan untuk penyakit lambung dan usus. Kulit akarnya, dicampur
dengan sedikit pucuk, pulasari, dan bawang putih, diminum untuk
mengatasi kencing yang nyeri dan berdarah.
Pohon bidara terdapat dalam Al-Qur’an di banyak tempat, di antaranya
- Dalam Surat An-Najm yang menceritakan kisah Mi’roj nya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya dimana Jibril mempunyai 600 sayap.
Alloh azza wa jalla berfirman:
( أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى * وَلَقَدْ رَآهُ
نَزْلَةً أُخْرَى * عِندَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى * عِندَهَا جَنَّةُ
الْمَأْوَى * إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى * مَا زَاغَ
الْبَصَرُ وَمَا طَغَى * لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى )
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha . Di
dekatnya ada syurga tempat tinggal, . (Muhammad melihat Jibril)
ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan
tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. An-Najm : 13-15)
Imam Al-Bukhori dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Anas rodhiyallohu ‘anhu dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam
kisah Isro’ dan Mi’roj, Beliau bersabda: ”kemudian Jibril membawaku
sampai di Sidrotul Muntaha, yang sedang diliputi sesuatu yang saya
tidak mengetahuinya”. Dia berkata: “kemudian memasuki surga dan
melihat didalamnya kubah-kubah yang terbuat dari mutiara dan tanahnya
kasturi”.
Dalam riwayat lainnya: “Diperlihatkan kepadaku
Sidrotul Muntaha , buahnya seperti tempayan besar, daunnya seperti
telinga gajah, dan di pangkalnya ada 4 sungai: dua sungai bathin, dua
sungai dhohir, maka aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab:
adapun dua sungai yang bathin di surga dan dua sungai yang dhohir
adalah sungai Nil dan sungai Eufrat.
- Dalam Surat Al-Waqi’ah tentang kelompok kanan dari penghuni surga berada di bawah pohon bidara yang tidak berduri.
Allah azza wa jalla berfirman:
( وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ *
فِي سِدْرٍ مَّخْضُودٍ * وَطَلْحٍ مَّنضُودٍ * وَظِلٍّ مَّمْدُودٍ *
وَمَاء مَّسْكُوبٍ * وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ )
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang
bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas,dan air
yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak,”QS. al-Waqi’ah (56) : 27-32
Dalam tafsir disebutkan pohon bidara yang dimaksud
adalah yang telah dihilangkan durinya ataupun buahnya yang lebat,
demikian pendapat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma.
Berkata Ibnu Katsir rohimahulloh setelah
menukil beberapa pendapat (tentang pohon bidara dalam ayat tersebut):
Dhohirnya yang dimaksud adalah pohon bidara di dunia banyak durinya
dan sedikit buahnya, adapun di akhirat kebalikannya, tidak ada durinya
dan buahnya banyak.
- Dalam Surat Saba ketika mengabarkan tentang kisah Negeri Saba
Alloh subhanahu wa ta’alla berfirman:
( فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ
الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَى أُكُلٍ
خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ )
Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada
mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua
kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan
sedikit dari pohon Bidara (QS. Saba :16)
Pohon bidara mempunyai manfaat dan kegunaan,diantaranya:
DAUN BIDARA DAN MEMANDIKAN JENAZAH
Ummu ‘Athiyyah RodhiyaLLOOHU ‘Anha berkata, “Nabi
ShollaLLOOHU ‘Alaihi Wa sallam pernah menemui kami sedangkan kami kala
itu tengah memandikan puterinya (Zainab), lalu Beliau bersabda,
‘Mandikanlah dia tiga, lima, (atau tujuh) kali, atau lebih dari
itu. Jika kalian memandang perlu, maka pergunakan air dan daun
bidara. (Ummu ‘Athiyyah berkata, ‘Dengan ganjil?’ Beliau bersabda,
‘Ya.’) dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit
darinya.”
{H.R. al Bukhori 3/99-104, Muslim 3/47-48, Abu Dawud
2/60-61, an Nasa-i 1/266-267, at Tirmidzi 2/130-131, Ibnu Majah
1/445, Ibnul Jarud 258-259, Ahmad 5/84-85, 4076-4078, Syaikh al Albani
– Hukum dan Tata Cara Mengurus Jenazah hal 130-131}
DAUN BIDARA DAN WANITA HAIDH
‘Aisyah secara marfu’, “Salah seorang di antara kalian (wanita haidh)
mengambil air yang dicampur dengan daun bidara lalu dia bersuci dan
memperbaiki bersucinya. Kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya
seraya menggosoknya dengan gosokan yang kuat sampai air masuk ke
akar-akar rambutnya, kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya dengan air.
Kemudian dia mengambil secarik kain yang telah dibaluri dengan minyak
misk lalu dia berbersih darinya.” ‘Aisyah berkata, “Dia mengoleskannya
ke bekas-bekas darah.” (H.R. Muslim no. 332 dari ‘Aisyah)
DAUN BIDARA DAN RUQYAH
Daun bidara sangat efektif untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena gangguan jin.
KERASUKAN
Ulama Wahab bin Munabih menyarankan untuk
menggunakan tujuh lembar bidara yang dihaluskan. Kemudian dilarutkan
dalam air dan dibacakan ayat Kursi, surat al Kafirun, al Ikhlash, al
Falaq dan an Naas. (Boleh juga dibacakan ayat-ayat al-Qur’an lainnya)
Lalu dipergunakan untuk mandi atau diminum. (lihat Mushannaf Ma’mar
bin Rasyid 11/13)
Menumbuk tujuh helai daun pohon Sidr (daun bidara)
hijau di antara dua batu atau sejenisnya, lalu menyiramkan air ke
atasnya sebanyak jumlah air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di
dalamnya ayat-ayat al Qur-an. Setelah membacakan ayat-ayat tersebut
pada air yang sudah disiapkan tersebut, hendaklah dia meminumnya
sebanyak tiga kali, dan kemudian mandi dengan menggunakan sisa air
tersebut. Dengan demikian, insya ALLAH penyakit (sihir) akan hilang.
Dan jika perlu, hal itu boleh diulang dua kali atau lebih, sehingga
penyakit (sihir) itu benar-benar sirna. Hal itu sudah banyak
dipraktekkan, dan dengan izin-NYA, ALLAH memberikan manfaat padanya.
Pengobatan tersebut juga sangat baik bagi suami yang tidak bisa
berhubungan badan karena terkena sihir.
Sms/Hubungi :
- XL : 081917683887
- Simp : 082340544672
- PIN : D9311746
- WA : 081917683887
Rek : BNI "0241450002" A/n M.Yasin.
Rek : Mandiri "1610001976856" A/n M.Yasin.